POPULER MINGGU INI

Sunday, June 2, 2019

MUDIK



Selamat Mudik, Selamat Bekerja.

Mudik. Antara tradisi, kebutuhan, dan kesempatan. Ada persiapan, perjalanan, canda tawa, suka cita. Bahkan ada juga haru, cemas, rasa berdebar. Dengan ransel besar, kotak kotak kerdus indomie, sampai keresek keresek hitam dan putih. Pesawat, kereta api, kapal feri, bus, travel, mobil dan motor. Tumpah ruah dalam jalurnya. Hitamnya aspal menjelma menjadi untaian untaian mutiara rindu sang perantau. Birunya lautan terbelah kuatnya rasa ingin jumpa. Awan awan diatas langit pun enggan menghalangi suka dan cita. Ratusan bahkan ratusan ribu perantau pulang. Menyisahkan kami. Kami yang ada dibalik ketersediaan makanan dan minuman untuk kendaraan mudik para pejuang rupiah, para pejuang masa depan, atau para pejuang akhir bulan. Kami yang tetap pergi bekerja, memastikan minyak bumi tersalurkan ke setiap titik penjuru negeri. Menyisahkan kami. Kami yang memastikan mobil mobil pengantar minyak sampai pada tujuannya. Menyisahkan kami. Kami yang memastikan jalanan aman, menyisahkan kami. Kami yang memastikan para pekerja dalam keadaan sehat. Menyisahkan kami, segenap pekerja pada Terminal Bahan Bakar Minyak. 

                Takbir berkumandang, Ibu Bapak, sanak saudara, berbondong menuju masjid atau lapangan terdekat, menunaikan dua rakaat. Bersalaman, bermaafan, bahkan juga saling memeluk, merangkul penuh khidmat. Berkumpul bersama di hari kemenangan, menikmati rendang, opor ayam, kastengel, nastar, atau hanya sekedar sirup marjan. Semua bahagia. Anak anak berlarian, bersalaman cium tangan, mungkin juga dengan harapan mendapatkan salam tempel ditangan. Menyisahkan kami. Kami yang duduk diruang kerja. Dalam ruang control, berteman pc, keybord dan kabel kabel pada ruang server. Menunaikan penyaluran, penerimaan, atau mungkin bila tak beruntung, tak mampu tunaikan dua rakaat karena harus mengurus minyak premium dan solar. Menyisahkan kita yang hanya mampu makan mcd atau kfc, karena tak ada rumah makan padang lengkap dengan rendang yang buka pada hari lebaran. Adanya sirup marjan lah yang paling membuat kami merasa ini lebaran. Bukan anak anak berlarian yang hendak bersalaman, tapi awak awak mobil tangki yang berlarian hendak meminta segel sebagai syarat pengiriman bahan bakar.

                Selamat Mudik saudaraku, selamat bertemu keluarga di kampung halaman. Jangan sia siakan kesempatan. Bila masih dapat kesempatan mudik, pulanglah, jadikan pulang adalah kebutuhan, bukan karena kelemahan, tapi karena ada rindu yang memuncak, berharap penuh penantian di kampung halaman.  Rindu dari orang orang rumah yang semakin menua. Selamat Mudik sekali lagi, selamat sampai tujuan, hingga kembali, dari kami. Kami yang juga ada dalam perjalanan mu, meski berakhir menjadi asap asap polusi. Semangat bagi kita, yang belum memiliki kesempatan menjalani tradisi Mudik. Terimakasih kawan kawan, rekan rekan kerja yang luar biasa. Bapak bapak awak mobil tangki yang dengan sabar menerjang kemacetan Bandung Raya demi tersampaikanya rindu pejuang rantau ke kampung halaman. Semangat untuk kita semua yang tetap bekerja di hari lebaran. Kalian semua adalah Pahlawan.

Ditulis dengan penuh haru,
Bandung, 02 Juni 2019. 00:21
ninawibi

No comments:

Post a Comment