Hush, diawali dengan sinopsis singkat yang menggambarkan kondisi si tokoh utama. Diceritakan dengan singkat dan padat. Bahkan kita mampu memahami Maddie dalam 10 menit awal. Film ini hanya sedikit pemeran, jalan cerita yang sederhana, namun dikemas dengan cukup mendebarkan. Pada awal munculnya si tokoh pembunuh misterius dengan korban pertamanya, kemudian berlanjut dengan teror yang mulai dilakukan si pembunuh terhadap Maddie, ini sempat membuatku tak sanggup menerima serangan yang dibuat oleh Mike kepada penontonnya. Bagian ini menurutku paling menentukan bagaimana Hush dapat dinikmati penggemar. Seterusnya, Hush menyajikan bagaimana Maddie dan si pembunuh berhadapan. Bagaimana Maddie bertahan didalam rumahnya, yang kemudian berubah bagaimana masing – masing mempertahankan eksistensinya di dunia ini. Cara Maddie memilih akhir terhadap jalan hidupnya juga merupakan bagian yang sungguh membuatku menarik napas dalam. Selama sekitar 60 menit kita disajikan dengan adu strategi, kekuatan, pelarian, tekanan, kesakitan, dan pastinya darah segar yang mengalir dari tubuh – tubuh manusia. Usaha – usaha Maddie yang terus gagal cukup membuat kita merasa geregetan. Diperparah dengan kondisi Maddie yang bisu dan tuli, membuat usaha yang bisa ia lakukan menjadi terbatas.
Namun, dari bagaimana Hush dibuat menarik, kudapati beberapa bagian yang menurutku sedikit hambar untuk kategori horror. Poster Hush memasang sosok pria bertopeng. Namun kita tak dapat menemui nya bahkan sebelum 30 menit awal. Siapa sosok misterius itu juga masih tetap misterius hingga akhir cerita. Motivasi dan latar belakang si pembunuh sungguh misterius sehingga yang seharusnya mendapat gelar misterius menjadi gantung, karena si topeng yang menghilang, motivasi dan latar belakang si pembunuh yang tak dijabarkan dalam film. Diakhir cerita Mike membuatku sedikit merasa ingin sedikit menambahkan penyedap rasa, namun untuk lebih dari 60 menit yang menegangkan, akhir yang diberikan Mike cukup membayar.
Dari Maddie aku belajar bagaimana merasakan yang tak dapat didengar, merasakan lingkungan disekitar kita, peka terhadap situasi, dan bagaimana menguasai ritme meskipun dalam teror.