POPULER MINGGU INI

Saturday, November 28, 2020

HUJAN


Ya begitulah hujan, turunnya tak terkira, datangnya tiba tiba, begitu pula perginya. meninggalkan genangan, yang hanya akan hilang oleh panasnya cuaca. Ya sama denganmu, yang datangnya tiba tiba, begitu pula saat perginya. meninggalkan kenangan, yang tak akan hilang hanya karena tak bersama. Mengapa ya kita dipertemukan jika hanya akan berakhir dengan perpisahan? Mengapa ya kita dibiarkan bersama jika nantinya berakhir dengan kesendirian? Kata orang, itu sebagai pelajaran. Kata orang itu namanya keseimbangan. Apa iya kita harus belajar dengan melalui kesedihan? Apa iya keseimbangan itu harus bertemu dengan kehampaan? Yang ku tahu, hidup memang berupa rupa. Kebahagiaan, kesedihan, dan kehampaan itu kita yang ciptakan.

Jakarta, 28 November 2020

ninawibi

Friday, September 25, 2020

SALAWAKU - PERJALANAN MENEMUKAN DAN DITEMUKAN

 
Sumber gambar : Imdb
 

Suara ombak dan tangis memecah malamku yang sunyi didepan layar kaca. Sambutan yang luar biasa pikirku. Sepertinya malamku akan membiru. Piru!! Teriakan itu seakan memulai segalanya. Kisah perjalanan Sawalaku menuju kota kecil pusat pemerintahan kabupaten Seram Barat, bernama Piru. Perjalanan menuju harapan, perjalanan mencari Binaiya, satu satunya keluarga yang ia kenal. Seorang kakak perempuan yang ia rindukan.

Kurang lebih satu setengah jam dimanjakan dengan keindahan Pulau Seram Barat, Maluku, potongan – potongan adegan yang menyuguhkan pemandangan luar biasa. Pasir pantai yang putih, laut biru berkelip – kelip, pegunungan yang hijau, air terjun, karang “ini gokil sih, pemandanganya” – Saras, Salawaku 2016. Kebaikan warga lokal Pulau Seram disajikan dengan lembut, “Labujua ada hati” – Salawaku, Salawaku 2016. Sekeras - kerasnya orang Ambon, tapi tetap memiliki hati yang lembut.

Salawaku (Elko Kastanya), bocah pemberani, bertekad kuat, terlihat sembarangan, tapi memiliki hati yang lembut dan penyayang, sangat menyayangi Binaiya. Binaiya (Raihaanun Soeriaatmadja), kakak perempuan Salawaku, yang pergi dari desa dengan membawa rahasia besar bersama dirinya. Saras (Karina Salim), perempuan khas ibu kota, dengan kepribadiannya yang bijak, seakan masalah kehidupan telah memberikan pelajaran baginya. Kawanua (Joshua Matulessy), anak dari tokoh penting yang sangat dihormati, pria dibalik layar dari kepergian Binaiya dari desa.

Saras dan Salawaku memadukan keberagaman Bahasa Indonesia. Keindahan cengkok logat bahasa daerahnya. Seng artinya tidak. Gagal paham, “kayak kamu sekarang nih, gagal paham” penggalan dialog yang diucapkan Saras kepada Kawanua dan Salawaku. Sungguh Bahasa Indonesia, Bahasa pemersatu Bangsa.

                Film ini memberikan pesan yang mendalam. Pesan – pesan kehidupan dipresentasikan begitu halus. Film Salawaku mengajak kita memahami bagaimana menghadapi kehidupan. Kehidupan yang perlu kesiapan. Kehidupan yang pasti bertemu penyesalan. Penyesalan yang selalu kita temui diakhir. Kita tidak akan selamat jika bertemu dengannya. Penggalan adegan Saras dan Binaiya di teras saat malam sunyi, sungguh emosional. Memberikan pesan luar biasa dalam. Selalu ada pilihan lain, tapi mengapa harus memilih untuk menyesal? Sungguh mempermainkan empati. Sebagai penutup, Saras berpesan pada Salawaku, bahwa hidup itu cuma meninggalkan dan ditinggalkan. Tapi setelah saya menonton Salawaku, saya mendapatkan hal lain, bukan cuma meninggalkan dan ditinggalkan, tapi hidup itu juga tentang menemukan dan ditemukan.

 

Nina Wibiyana, 26 thn, Jakarta Utara

Thursday, September 3, 2020

AWAL ITU AKHIR

 


Hai! Kalian tahu? Bagaimana rasanya memulai? Emm menurutku memulai adalah sesuatu yang berat, sesuatu yang cukup menguras tenaga, sesuatu yang cukup memutar otak, sesuatu yang mungkin bisa dibilang cukup melelahkan. Mengapa seperti itu? Karena untuk memulai kita perlu mengakhiri sesuatu yang lain, karena untuk memulai itu kita meninggalkan sesuatu yang lain, karena untuk memulai kita harus menjadi sesuatu yang baru. Bukan begitu?

                Apakah kalian pernah harus memulai dan dengan sengaja harus mengakhiri sesuatu yang lain untu dapat memulai? Bagaimana rasanya? Apa sama beratnya seperti gambaranku? Apa sama melelahkannya seperti yang ku ungapkan? Atau mungki mamulai justru menyenangkan? Justru mudah dan memberikan semangat? Sepertinya kita perlu duduk bersama menikmati secangkir kopi, saling bertukar pandang, saling bertukar cerita dan pendapat. Mau kah kalian?

Thursday, February 6, 2020

LUKA LAMA



Terkadang aku benci sang malam
Karena disitu aku bertemu dengan dirinya
Terkadang aku benci kesepian
Karena disitu aku bertemu bayangnya
Terkadang aku benci kebingungan
Karena disitu aku bertemu kenangan tentang dirinya
Terkadang aku benci diriku
Karena aku tak sungguh sungguh mengikhklaskannya
Terkadang aku benci diriku
Karena menaruh sedikit harap darinya
Terkadang aku marah
Karena mengapa hanya ada dia
Terkadang aku sedih
Karena mengapa selalu tetap dia
Terkadang aku kosong
Karena mengapa tak ada dia
Terkadang aku merasa benar karena tak lagi bersamanya
Tapi lagi lagi, itu hanya terkadang
Terkadang aku berpikir
Apa yang sebenarnya aku pikir?
Terkadang aku berpikir
Ini Sakit. Perih. Tapi masih sering ku ungkit
Terkadang aku berpikir
Mengapa harus ada mengapa? Sehingga harus kucari alasan
Sebab dan Akibat
Yang namanya luka, tak akan pernah kembali seperti semula
Yang namanya luka, akan selalu meninggalkan bekas
Yang namanya luka, pasti mengukir sejarah

Saturday, January 4, 2020

BANDUNG


Bandung.
Kota dimana aku mengenalmu
Kota dimana aku temukanmu
Kota dimana ada kita
Kota dimana kuciptakan tulisan tulisan
Kusatukan ratusan kata hingga menjadi kisah
Bandung.
Kota dengan aku dan kamu didalamnya
Kota kita, dia, dan mereka
Kota dingin yang menghangatkan
Kota dimana kita berawal
Kota dimana kita berakhir pula
Awal adalah akhir di sisi yang lain
Awal dan akhir itu hanya bagaimana kita menganggapnya kan?
Sudahlah, kenangan memang bukan hanya untuk di kenang
Biarkan dia tinggal
Biarkan dia memberikan pelajaran
Biarkan dia ada namun tak perlu diada ada
Terkadang sakit yang terlalu sakit justru tak terasa sakit
Terkadang perih yang teramat perih justru tak dapat dirasa
Bandung.
Tetap indah mesti tak ada lagi kita.