POPULER MINGGU INI

Thursday, January 23, 2014

SIDOMULYO PUNYA CERITA



Akhir Mei 2013 kemarin, saya turut serta, berpartisipasi aktif dalam kegiatan “Pekan Keprofesian dan Pengabdian POPMASEPI (PKPP Bina Desa). Kegiatan ini merupakan salah satu progra kerja POPMASEPI (Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia) dan HIMASETA FP Universitas Jember. Peserta dari kegiatan ini merupakan mahasiswa sosial ekonomi pertanian (Agribisnis) tinkat nasional. Sayangnya kegiatan ini berlangsung cukup singkat, 3 hari 2 malam, di Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Kabupten Jember, Jawa Timur. Desa Sidomulyo didominasi perkebunan kopi.
Saya dan 2 orang teman saya, satu delegasi dari Universitas Trunojoyo Madura, satu delegasi dari Universitas Sebelas Maret, Surakarta, menginap dan beraktivitas bersama di rumah Bapak Laksono. Selain seorang buruh tani, Bapak Laksono juga sebagai “buruh lepas”. Istrinya seorang buruh tanni di kebun kopi milik keluarganya. Pada saat kita menginap dirumah Bapak Laksono, beliau sedang mendapat job untuk menebang kayu dan memotong – motong kayu. Karena teman say dari UTM laki – laki, ia ikut serta bekerja bersama Bapak Laksono. Pagi setelah Shubuh, mereka berangkat. Tinggallah saya dan teman saya dri UNS. Kami berdua dirumah membantu istri Bapak Laksono mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, membersihkan rumah, cuci piring, dsb. Setelah itu, kami berbekal arit, berjalan menuju kebun kopi. Kami menyiangi gulma yang ada disekitar pohon kopi. Disini saya merasa malu karena tenega saya yang masih muda ini kalah dengan tenaga ibu Bapak Laksono yang juga ikut menyiangi rumput bersama saya, teman saya, dan istri Bapak Laksono. Saya merasa cepat lelah dan paranoid dengan belalang yang melompat kesna kemari menghindari sabetan arit saya (saya sedikit phobia dengan hewan satu ini.). Belum sampai Dhuhur seperti biasa mereka pulang dari kebun, mereka menyudai aktivitas karena melihat kami yang sudah kelelahan.
Sore hari kami sempatkan untuk mengajar anak – anak disekitar rumah Bapak Laksono, termasuk anak dan saudara Bapak Laksono, pelajaran – pelajaran sekolah. Saya kagum dengan semangat belajar mereka.


Desa Sidomulyo ini sangat dingin. Sehingga setiap pagi saya segera menuju tungku untuk menghangatkan badan. Disini saya belajar cara menyalakan api di tungku. Ini cukup sulit. Malah hari menjelang kepulangan kami ke kota masing – masing kami melakukan Forum Group Discussion (FGD) bersama stakeholder. Malam itu dihadiri kepala desa, ketua gapoktan, dan beberapa jajaran orang – orang berpengaruh di Desa Sidomulyo. Dari 16 rumah yang ditempati, saya dapat menarik kesimpulan permasalahan yang terjadi di Desa Sidomulyo ini.
Terdapat 19 permasalahan setelah saya simpulkan, yaitu :
  1. Lahan merupakan sewa dan sempit
  2. Pendidikan rendah
  3. Prediksi cuaca yang kurang tepat
  4. Status mereka Buruh Tani
  5. Birokrasi peminjaman modal, koprasi dll ribet
  6. Keamanan yang kurang
  7. Pembagian untung kurang jelas
  8. Butuh Penyuluh
  9. SDM Tua / kurang
  10. tidang mengikuti koprasi / Kelompok tani
  11. Lahan jauh
  12. Butuh obilitas
  13. Bahasa tidak Nasionalis
  14. Hasil panen tidak berimbang (kurang)
  15. Kopimerupakan tanaman tahunan
  16. Kualitas kurang baik
  17. Harga kopi tidak jelas sehingga seringkali merugikan petani
  18. Polapikir yang masih sempit. Hanya berpikir untuk hari ini.
  19. Gagal panen karena hama
Dari 19 permasalahan tersebut di dominasi oleh 4 permasalahan yaitu yang pertama, Lahan merupakan lahan sewa dan relatif sempit, biro krasi dalam peminjaman modal, koprasi, dll kurang bersahabat (ribet), sehingga banyak petani yang tidak terdaftar di koprasi dan kelompok tani, lahan yang jauh, sehingga membutuhkan mobilitas yang terjamin.
Beberapa solusi yang ditawarkan antara lain :
  1. lahan yang dekat dengan pemukiman diolah bersama
  2. sistem tumpang sari di sekitar tanaman kopi
  3. sewa ke perhutani minim. Ini memerlukan bantuan pemerintah. Karena mendapat penghargaan “ integrated farming” Desa Sidomulyo dianggap sudah makmur
  4. mengoptimalakan lahan dengan intensifikasi pertanian
  5. pengaturan keuangan untuk memperluas lahan
  6. penggunaan teknologi yang mendukung disetiap subsistemnya mulai sarana prasarana, usaha tanu, pengolahan hasil, pemasaran.
Kesimpulan dari saya pribadi dari permasalahan diatas adalah sebagai berikut:
  • meskipun buruh tani, kalau dioptimalkan panennya, harga jelas, dan pembagian untung yang jelas, pasti oke.
  • Kalau kopi merupakan tanaman tahunan, berarti perlu sesuatu untuk dapat memenuhi kebutuhan hariannya.
  • Harus ada konsentrasi di Sub Sistem 3! sebelum pemasaran kopi, perlu diolah agar jadi pendapatan harian bukan tahuanan.
Dari sini perlu dipikirkan usaha apa yang tepat di Subsistem 3 yaitu pengolahan hasil, serta butuh penyedia harian bagi petani, misalnya dari sistem tumpangsari, ditanam tanaman yang dapat memenuhi kebutuhan harian para petani..
Ayo guys, kirim komentar anda – anda sekalian untuk membantu pembangunan Desa Sidomulyo khususnya dan para petani rakyat Indonesia pada umumnya.

MERDEKA !!!
HIDUP PETANI INDONESIA !!!

No comments:

Post a Comment