Akhir Mei 2013 kemarin, saya turut serta, berpartisipasi aktif dalam
kegiatan “Pekan Keprofesian dan Pengabdian POPMASEPI (PKPP Bina
Desa). Kegiatan ini merupakan salah satu progra kerja POPMASEPI (Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia) dan
HIMASETA FP Universitas Jember. Peserta dari kegiatan ini merupakan
mahasiswa sosial ekonomi pertanian (Agribisnis) tinkat nasional.
Sayangnya kegiatan ini berlangsung cukup singkat, 3 hari 2 malam, di
Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Kabupten Jember, Jawa Timur. Desa
Sidomulyo didominasi perkebunan kopi.
Saya dan 2 orang teman saya, satu delegasi dari Universitas
Trunojoyo Madura, satu delegasi dari Universitas Sebelas Maret,
Surakarta, menginap dan beraktivitas bersama di rumah Bapak Laksono.
Selain seorang buruh tani, Bapak Laksono juga sebagai “buruh
lepas”. Istrinya seorang buruh tanni di kebun kopi milik
keluarganya. Pada saat kita menginap dirumah Bapak Laksono, beliau
sedang mendapat job untuk menebang kayu dan memotong – motong kayu.
Karena teman say dari UTM laki – laki, ia ikut serta bekerja
bersama Bapak Laksono. Pagi setelah Shubuh, mereka berangkat.
Tinggallah saya dan teman saya dri UNS. Kami berdua dirumah membantu
istri Bapak Laksono mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti
memasak, membersihkan rumah, cuci piring, dsb. Setelah itu, kami
berbekal arit, berjalan menuju kebun kopi. Kami menyiangi gulma yang
ada disekitar pohon kopi. Disini saya merasa malu karena tenega saya
yang masih muda ini kalah dengan tenaga ibu Bapak Laksono yang juga
ikut menyiangi rumput bersama saya, teman saya, dan istri Bapak
Laksono. Saya merasa cepat lelah dan paranoid dengan belalang yang
melompat kesna kemari menghindari sabetan arit saya (saya sedikit
phobia dengan hewan satu ini.). Belum sampai Dhuhur seperti biasa
mereka pulang dari kebun, mereka menyudai aktivitas karena melihat
kami yang sudah kelelahan.
Sore hari kami sempatkan untuk mengajar anak – anak disekitar
rumah Bapak Laksono, termasuk anak dan saudara Bapak Laksono,
pelajaran – pelajaran sekolah. Saya kagum dengan semangat belajar
mereka.
Desa Sidomulyo ini sangat dingin. Sehingga setiap pagi saya segera
menuju tungku untuk menghangatkan badan. Disini saya belajar cara
menyalakan api di tungku. Ini cukup sulit. Malah hari menjelang
kepulangan kami ke kota masing – masing kami melakukan Forum Group
Discussion (FGD) bersama stakeholder. Malam itu dihadiri kepala desa,
ketua gapoktan, dan beberapa jajaran orang – orang berpengaruh di
Desa Sidomulyo. Dari 16 rumah yang ditempati, saya dapat menarik
kesimpulan permasalahan yang terjadi di Desa Sidomulyo ini.
Terdapat 19 permasalahan setelah saya simpulkan, yaitu :
- Lahan merupakan sewa dan sempit
- Pendidikan rendah
- Prediksi cuaca yang kurang tepat
- Status mereka Buruh Tani
- Birokrasi peminjaman modal, koprasi dll ribet
- Keamanan yang kurang
- Pembagian untung kurang jelas
- Butuh Penyuluh
- SDM Tua / kurang
- tidang mengikuti koprasi / Kelompok tani
- Lahan jauh
- Butuh obilitas
- Bahasa tidak Nasionalis
- Hasil panen tidak berimbang (kurang)
- Kopimerupakan tanaman tahunan
- Kualitas kurang baik
- Harga kopi tidak jelas sehingga seringkali merugikan petani
- Polapikir yang masih sempit. Hanya berpikir untuk hari ini.
- Gagal panen karena hama
Dari 19 permasalahan tersebut di dominasi oleh 4 permasalahan yaitu
yang pertama, Lahan merupakan lahan sewa dan relatif sempit, biro
krasi dalam peminjaman modal, koprasi, dll kurang bersahabat (ribet),
sehingga banyak petani yang tidak terdaftar di koprasi dan kelompok
tani, lahan yang jauh, sehingga membutuhkan mobilitas yang terjamin.
Beberapa solusi yang ditawarkan antara lain :
- lahan yang dekat dengan pemukiman diolah bersama
- sistem tumpang sari di sekitar tanaman kopi
- sewa ke perhutani minim. Ini memerlukan bantuan pemerintah. Karena mendapat penghargaan “ integrated farming” Desa Sidomulyo dianggap sudah makmur
- mengoptimalakan lahan dengan intensifikasi pertanian
- pengaturan keuangan untuk memperluas lahan
- penggunaan teknologi yang mendukung disetiap subsistemnya mulai sarana prasarana, usaha tanu, pengolahan hasil, pemasaran.
Kesimpulan dari saya pribadi dari permasalahan diatas adalah sebagai
berikut:
- meskipun buruh tani, kalau dioptimalkan panennya, harga jelas, dan pembagian untung yang jelas, pasti oke.
- Kalau kopi merupakan tanaman tahunan, berarti perlu sesuatu untuk dapat memenuhi kebutuhan hariannya.
- Harus ada konsentrasi di Sub Sistem 3! sebelum pemasaran kopi, perlu diolah agar jadi pendapatan harian bukan tahuanan.
Dari sini perlu dipikirkan usaha apa yang tepat di Subsistem 3 yaitu
pengolahan hasil, serta butuh penyedia harian bagi petani, misalnya
dari sistem tumpangsari, ditanam tanaman yang dapat memenuhi
kebutuhan harian para petani..
Ayo guys, kirim komentar anda – anda sekalian untuk membantu
pembangunan Desa Sidomulyo khususnya dan para petani rakyat Indonesia
pada umumnya.
MERDEKA !!!
HIDUP PETANI INDONESIA !!!
No comments:
Post a Comment