Pantai. Tempat
bertemunya lautan dan daratan. Tempat bertemunya Samudera dan Benua. Tempat
bertemunya Pasir dan Air. Tempat bertemunya Aku dan Kamu dalam suatu takdir.
Perjalanan
panjang ku tempuh. Perbukitan kudaki, bebatuan tak gentarkan niatku menemui dirimu. Hembusan angin menemaniku siang itu. Ranting
ranting pohon menyapaku disepanjang perjalanku menujumu. Orang orang
memandangku dengan tertegun, memandangku lucu. Pak Sopir membunyikan klaksonnya
menyapa Bapak dan Ibu seraya berkata dalam rautnya :
“Halo! Hari ini aku tak membawa pasir atau pun
bahan bangunan lainnya, melainkan kubawa harapan dan semangat membara kaum
muda”.
Ah, aku
tergoncang, terlempar, terduduk, dan terjatuh. Gelak tawa membangunkanku
membangunkan kita semua. Berpegang erat dan saling berbagi tawa, menemani lari
angin dan perjalanan sinar matahari. Kupejamkan mataku, merasakan lari angin
dan bisikannya yang membuat rambutku menari. Saat mataku terbuka, akhirnya
merakapun beradu. Tatapanku dan tatapannya yang hijau. Tanaman milik petani
berhasil menghipnotisku. Bebatuan karang sudah menyapaku lebih dahulu.
Selanjutnya disusul dengan bebauan khas pasir dan air lautan. Lama sudah Pak
Sopir mengguncangku. Rodapun berhenti berputar disusul keheningan suara mesin,
digantikan dengan suara deburan ombak. Kulakukan lompatan pertamaku untuk
menyapa mereka. Ini lebih indah dari imajinasiku.
Biru, hijau,
dan warna khas pasir pantai menyambut kedatangan kami. Mereka kompak
menyuguhkan kami desiran ombak beserta jabatan lembut dari ombak. Angin tak mau
kalan memeluk kami dengan erat. Berusaha mengajakku bermain main, menggoda kami
yang sedang asik mendirikan kain - kain untuk berlindung. Sunyi namun berisik,
ramai, namun menenangkan. Kedua tebing di kanan dan kiri kami seakan
menerangkan teluk ditengahnya. Membendung godaan angin untuk merasuk. Oh,
tebing tebing itu seakan sebuah tangan yang memeluk kami. Ombak yang
mengimbangi sanga angin, beradu dengan sang tebing. Mereka menyuguhkan drama
alam yang begitu apik.
Malam
menyambut, dingin mulai menghampiri. Sang Angin semakin bersemangat mengajakku
bermain. Sekarang tak hanya rambutku, baju dan celanaku pun diajaknya bermain.
Asik nampaknya permainan mereka. Asik bersama tawa dan canda, cerita tentang
aku, kamu, mereka dan kita. Ditengah tawa aku berdoa :
“Ya Tuhan,
Alangkah indahnya kehidupan, ditemani drama alam, ditemani dia, dan mereka. Ya
Tuhan, bolehkan aku meminta umur yang cukup? Untuk bisa menyaksikan keindahan
drama drama lain milikMu. Amin.”
September 2017
Pantai Sedahan,
Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta