Aku berusaha melawan. Kukerahkan
segala senjata yang aku miliki. Ku pertaruhkan semua kekuatan yang telah aku
simpan. Tapi apa daya? Sesuatu itu mulai menggetarkan gerbang bentengku. Sekali,
dua kali, berkali kali membentur, hujan panah, meriam meriam yang terus
diluncurkan. Menyisahkan aku, yang meringkuk sendiri dalam ruang gelap. Ruang tak
bercahaya, ruang dengan kehampaan, berusaha menemukan apa yang sedang
menyerangku, apa yang sekarang sedang mengendalikan diriku??
Apa yang aku lawan? Siapa
musuhku? Mengapa sesuatu itu begitu kuat? Aku semakin meringkuk, sementara
serangan bertubi tubi berusaha meruntuhkan bentengku. Aku terdiam berusaha
terus bertahan berusaha mengucapkan mantra mantra agar bentengku tetap berdiri.
Agar bentengku tetap melindungiku, melindungi bagian yang sebenarnya berusaha
aku hilangkan. Tak seharusnya kujaga sedemikian hebat. Ini membuatku benar
benar berantakan. Ini membuatku benar benar ada dalam kehancuran.
Stop! Aku mohon dengan
segala hormat. Jangan terus menerus menyerangku. Aku tak siap. Bentengku sudah
tak layak lagi melindungiku. Aku mohon hentikan segala serangan. Aku mohon
dengan apapun itu. Jangan berusaha meruntuhkan bentengku. Jangan berusaha
merasukiku. Jangan berusaha menguasai pikiranku. Tolong hentikan segala bentuk
seranganmu.